Tips Membuka Pintu Rezeki Dengan Istighfar Dan Taubat

Tips Membuka Pintu Rezeki Dengan Istighfar Dan Taubat
Allah SWT berfirman : “ Maka aku katakan kepada mereka, ” Mohonlah ampun kepada Rabb mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak anakmu, serta mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan ( pula didalamnya) untukmu sungai sungai". (Qs. Nuh : 10 -12)

Diantara pembuka pintu rezeki kita semua adalah memperbanyak istighfar serta melaksanakan taubat kepada Allah. Bisa dibilang, istigfar adalah mengharap dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan kesalahan yang telah kita lakukan. 

Ternyata kesalahan atau dosa yang telah kita lakukan itu memang menjadi semacam penyumbat pintu rezeki yang akan mengalir kepada kita. Ibarat air, saluran-saluran air akan membuat air mengalir kepada tempat yang seharusnya, akan tetapi ketika dalam saluran itu ada yang menghambat, maka air akan mengalir secara tidak optimal atau bahkan tidak mengalir sama sekali.

Nah!, kesalahan-kesalahan kita, itu bisa menjadi sumber seretnya rezeki kita. Kadang kita bingung, sudah melakukan banyak hal untuk menjemput rezeki, akan tetapi rezeki yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. 

Kita menjadi bingung, ikhtiar duniawi sudah kita lakukan secara maksimal, akan tetapi tetap saja rezeki sulit untuk didapatkan. Maka ada yang salah, bisa jadi sumber masalahnya adalah…. ada dosa yang pernah kita lakukan dan itu belum kita perbaiki.


Istighfar 100 Kali Setiap Hari


Istighfar, sederhana bukan? ini termasuk dzikir yang biasa Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam lantunkan, bahkan dalam beberapa riwayat Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam seringkali mengucapkan istighfar ini minimal 100 kali setiap harinya. Itu Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam yang sangat menjaga sekali tingkah dan perilakunya, maka bagi kita semua sebagai orang biasa, orang yang tidak luput dari perperbuatan khilaf dan salah, mestinya lebih antusias untuk membaca dan mengulang-ngulang istighfar dalam setiap hari dan aktivitas kita.


Tidak Mengulangi Kesalahan Yang Sama


Ada baiknya, istighfar itu bukan hanya kita ucapkan, bukan hanya kita lantunkan, akan tetapi kita serapi, kita hayati dalam perilaku kita. Ini memang sulit karena tidak hanya sekedar mengucapkan istighfar semata, akan tetapi hingga berusaha untuk tidak pernah melakukan kembali dosa yang pernah kita lakukan.

Begitu banyak orang yang pernah melakukan kesalahan, lalu ketika dia sudah melakukan taubat, meminta ampun kepada Allah, maka setelah itu dia melakukan kesalahannya lagi, dia mengulanginya lagi. Alangkah baiknya jika tidak seperti ini. Kita mengakui apa yang telah kita perbuat, lalu kita hindari sejauh jauhnya, kita tak pernah ulangi lagi sampai kita mati.


Membuka Pintu Rezeki


Memperbanyak istighfar atau mengakui kesalahan serta meminta ampun kepada Allah SWT, pada dasarnya akan membuka pintu rezeki kita. Sikap takut kita kepada Allah SWT, adalah salah satu sikap yang paling Allah sukai. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang memiliki rasa takut yang sangat kepada-Nya. Allah SWT suka mencintai hamba-Nya yang begitu khawatir akan kuasa-Nya. 

Begitu pula Allah SWT sangat benci terhadap hamba-Nya yang sangat angkuh, melakukan dosa tapi tidak takut sama Allah SWT. Maka pilihannya hanya ada dua, Allah hambat rezekinya, Allah persulit rezekinya, dan Allah buat susah dirinya… itu yang pertama. 

Yang kedua, Allah perbanyak rezekinya, Allah jadikan dirinya begitu menikmati hidupnya di dunia, Allah manjakan dirinya, Allah beri segala kenikmatan dunia, sehingga ketika tiba waktunya, Allah berikan padanya hukuman, hukuman yang langsung membuat dirinya jatuh dan tersiksa. Sehingga orang ini mendapatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat kelak.

Siapa yang Maha Kaya? Allah… Siapa yang memberikan harta dan kekayaan kepadamu? Allah…. Maka selalu baiklah kepada Allah, selalu takutlah kepada Allah, selalu khawatirlah ketika kita berbuat salah, jangan sampai kita membuat Allah marah akan perilaku kita. Baca juga: 7 Sebab Turunnya Rezeki


Logika Sederhana


Seorang tuannya, akan sangat senang terhadap bawahannya yang takut kepadanya, kepada bawahannya yang setia. Maka kepada bawahannya yang setia dia akan memberikan apa yang dia minta, karena sang tuan mencintai dan menyayanginya…. Allah SWT, lebih daripada itu, Allah sangat mencintai hamba-Nya, bahkan ketika Allah mencintai hamba-Nya, Allah permudah segala urusannya, Allah cukupkan segala kebutuhannya.

Takutlah kepada Allah, karena dosa kita ini…. sungguh dosa kita ini bisa menjadi salah satu penghambat datangnya rezeki kepada kita.

Semoga bermanfaat!.

***

6 Rahasia Staf Hotel Perlakukan Tamunya, Terbongkar!

6 Rahasia Staf Hotel Perlakukan Tamunya, Terbongkar!
Bagi kebanyakan orang, menginap disebuah hotel merupakan suatu kebanggan dan kemewahan. Kamar tidur yang nyaman, sprei yang bersih terpasang dengan rapi. Belum lagi menu makanan yang nikmat dan lezat, semuanya itu tidak perlu khawatir apalagi soal mencuci pakaian dan piring.

Namun tahukah Anda? Ada sejumlah orang yang mengatakan bahwa hotel bukanlah tempat yang mewah dan nyaman. Siapakah mereka yang mengatakan itu? Ternyata mereka adalah karyawan atau staf dari hotel itu sendiri yang mengatakannya.

Apa saja rahasia mereka itu? Berikut adalah diantaranya yang  dilansir Liputan6. com dari The Independent.

1. Tingkah Laku Tamu

Salah satu pengguna aplikasi tersebut menceritakan pengalamannya tentang tamu hotel yang suka membuat kesal. Rupanya, tidak semua tamu hotel yang nginap itu bersikap sopan terhadapnya. Hal itu yang membuat kesal seorang resepsionis hotel tersebut.

"Aku bekerja di hotel itu sebagai resepsionis. Ketika seorang tamu hotel yang berlaku kasar terhadapku, aku akan memberikan kamar hotel yang paling jelek bagi mereka. 

"Oleh karena itu, harap berbaik hatilah pada Front desk dan resepsionis ya!

2. Tidak Cuci Selimut

Salah seorang petugas cleaning service curhat di aplikasi itu. Mereka membocorkan rahasianya bahwa, mmhh...! mereka memang mengganti sprei kamar tamu hotel itu, namun selimutnya nyaris tidak pernah di cuci.

"Aku bekerja di hotel, perlu saya beritahu, bahwa selimut itu dicuci hanya setahun sekali". Wooow...!

3. Sprei yang 'Bersih'

Seorang petugas yang bersih-bersih kamar yang lainnya bercerita, malah tindakkannya lebih parah lagi. Mereka malah tidak pernah mengganti spreinya, tetapi hanya membalikkan saja kainnya itu, dan merapikannya kembali, seakan alas tempat tidur yang baru... padahal spreinya ya...itu-itu juga...


6 Rahasia Staf Hotel Perlakukan Tamunya, Terbongkar!

Hal itu ia lakukan karena terbatasnya waktu untuk membersihkan kamar, sementara ruangan yang harus dibersihkan tidak sedikit.

"Aku kadang tidak sempat ganti sprei itu . Hanya membalikkan kain itu saja. Dengan begitu, aku telah mempercepat pekerjaan di satu ruangan. Kuota kamar yang harus aku bersihkan pun jadi terpenuhi." Nah loh...!

para petugas cleaning service juga memastikan gelas  di kamar sudah dalam keadaan kering. Mereka bahkan tidak mengganti dengan yang baru atau mencucinya, melainkan hanya mengelapnya saja hingga kering dan meletakkan kembali ditempatnya seakan-akan gelas itu gelas yang baru.

4. Makan 'Gratis'

Di ruang dapur, dimana para staf bekerja di room service juga membocorkan rahasia mereka,. Ternyata, selama ini mereka tidak pernah membawa makan siang atau sarapan pagi. Hal itu karena setiap tamu yang datang memesan makanannya, jadi mereka mengambil satu dua sendok! Waduuh..ternyata sisa mereka! 

5. Tamu Mengesalkan Yang Lain

Sekali lagi, jadilah Anda tamu yang menyenangkan. Hormatilah mereka. Kalau tidak, maka mereka akan membuat kunci kamar Anda tidak aktif sehingga membuat diri Anda menjadi kesal tidak bisa masuk.

"Terkadang, banyak yang mengesalkan dari tamu. Kalau tidak begitu, aku sering iseng menonaktifkan kunci. Mereka makin kesal dan akhirnya minta tolong kami. Senang saja melakukan hal seperti itu".

6. Kamar Gratis...

Rahasia terakhir. Ternyata, tidak semua perlakuan mereka buruk. Salah seorang resepsionis curhat dalam aplikasi itu. Suatu hari ia mendaaptkan seorang tamu yang sudah lanjut usia. Pria itu memesan kamar hotel via telepon. Rekannya memberi tahu bahwa kamarnya tersedia.

Setelah sampai di hotel, rupanya yang tersisa hanya kamar suite. Ia tidak membayar sisa peningkatan harga kamar itu. Alih-alih marah, ia memutuskan untuk membatalkan kamar itu dan meminta maaf.

"Dia berhak marah, tapi tidak dilakukannya. Malah dia meminta maaf karena tak bisa membayar kamar yang diberikan. Aku lantas memberikan ekstra satu hari untuknya," ujar slah seorang resepsionis yang telah bekerja lebih dari 15 tahun di sebuah hotel di Inggris.

Jadi kesimpulannya, hormatilah mereka para pekerja hotel apapun alasannya dan Anda akan mendapatkan jaminan serta service yang luar biasa dari mereka.

***



















Menyesal Saat Sakaratul Maut, Karena Tidak Optimal dalam Berbuat Kabaikan

Menyesal Saat Sakaratul Maut, Karena Tidak Optimal dalam Berbuat Kabaikan
Alkisah, ada seorang sahabat Rosululloh  Shallalahu ‘alahi wassalam, yang bernama Sya’ban Radhiallahu anhu (r.a). Ia termasuk  seorang sahabat yang tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan sahabat-sahabat  Rosul yang lainnya. 

Kisah ini berawal dari kebiasaan unik beliau, yaitu setiap masuk ke masjid sebelum sholat berjamaah dimulai, dia selalu beri’tikaf di pojok bagian depan masjid. Dia selalu mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah. 

Kebiasaan ini sudah diketahui dan difahami oleh para sahabat, bahkan oleh Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam sendiri, bahwa Sya’ban r.a. selalu berada di posisi tersebut setiap waktu termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam mendapati bahwa Sya’ban r.a. tidak berada di posisinya seperti yang biasa dia lakukan. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban r.a. 

Namun tidak seorangpun jamaah yang melihat Sya’ban r.a. subuh itu. Sholat subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban r.a, namun yang ditunggu tidak nongol juga.

Khawatir sholat subuh kesiangan, akhirnya Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh, Rasul bertanya, apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban. 

Namun tidak ada seorangpun yang menjawab. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya lagi, apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban r.a. Akhirnya, ada seorang sahabat yang mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban r.a.

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam yang merasa khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban r.a, meminta diantarkan ke rumah Sya’ban pagi itu. Ternyata perjalanan dengan jalan kaki cukup jauh dan lama juga ditempuh oleh Rasulululloh beserta rombongan, sebelum akhirnya sampai ke rumah yang dimaksud. 

Perjalanan rombongan Rasulullah tiba ke rumah yang dituju, saat waktu afdhol untuk sholat dhuha (lamanya kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah tersebut beliau lalu mengucapkan salam. Maka keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Rasulullah bertanya.

“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. 

“Bolehkah kami menemui Sya’ban r.a, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” 

Dengan isak tangis dan berlinangan air mata, istri Sya’ban r.a pun menjawab: 

“Beliau telah meninggal dunia tadi pagi ya Rosul” 

"Innalilahi wa inna ilaihi rojiuun".

Subhanallah!, ternyata satu-satunya penyebab dia tidak sholat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya. 

Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, “Ya Rasul...!, ada sesuatu yang mengganjal hati kami dan jadi tanda tanya bagi kami sekeluarga, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak sampai tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. 
"Kami semua tidak paham apa maksudnya, ya...Rosul?”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam.

Di masing-masing teriakannya dia mengucapkan kalimat; 
“Aduh, kenapa tidak lebih jauh.” 

“Aduh, kenapa tidak yang baru..“ 

“Aduh, kenapa tidak semua.” 

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam kemudian melantunkan ayat yang terdapat dalam Al Qur'an surat Qaaf [50] ayat: 22, yang artinya: 

“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam“ (Qs.Qaaf [50]:22)

Ternyata, saat Sya’ban r.a dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya selama di dunia ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Taála. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya itu diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Taála. Apa yang dilihat dan disaksikan oleh Sya’ban r.a (dan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut), tidak bisa disaksikan oleh orang lain yang masih hidup. 

Dalam pandangannya yang tajam itu, Sya’ban r.a melihat suatu adegan dimana dalam kesehariannya dia pergi-pulang ke masjid untuk sholat berjamaah lima waktu. Perjalanan yang ditempuhnya sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. 

Dalam tayangan itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari setiap langkah-langkahnya ke masjid. Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Maka, saat melihat itu dia lalu berucap: 

“ Aduh, kenapa tidak lebih jauh…” 

Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban r.a, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkan lebih indah. 

"........"

Dalam penggalan kalimat berikutnya, Sya’ban r.a, melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.

Tak lama kemudian dia masuk kembali ke rumahnya mengambil satu baju lagi, untuk dipakainya karena merasa kedinginan. Jadi sekarang dia mengenakan dua buah baju. 

Sya’ban r.a, sengaja memakai pakaian yang bagus (yang baru) di bagian dalam dan yang jelek di bagian luar. Pikirnya dalam hati, seandainya nanti terkena debu pun, sudah barang tentu yang terkena debu hanyalah baju yang bagian luarnya, nanti sesampainya di masjid bisa membuka baju luar dan sholat dengan mengenakan baju yang lebih bagus, begitu pikirnya.

Namun dalam perjalanan menuju masjid, dia mendapati seseorang yang sedang terbaring menggigil kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan. Sya’ban pun merasa iba melihatnya, kemudian segera membuka baju yang bagian luarnya lalu dipakaikan kepada orang tersebut serta memapahnya bersama-sama menuju masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. 

Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah. Sya’ban r.a pun kemudian melihat indahnya surga sebagai balasan dari memakaikan baju jeleknya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi:

 “Aduh, kenapa tidak yang baru…!" Timbul lagi penyesalan di benaknya. 

Jika dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah barang tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi,seandainya ia memakaikan baju yang baru.

".........."

Berikutnya, Sya’ban r.a melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Mungkin, bagi yang pernah pergi ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti Arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti di Indonesia). 

Ketika ia baru saja hendak memulai sarapan, tiba-tiba muncullah seorang pengemis di depan pintu agar diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak di isi makanan. Melihat kejadian tersebut, Sya’ban r.a merasa iba dan kasihan. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun ia bagi dua. 

Kemudian mereka makan bersama-sama dengan roti itu yang sebelumnya dicelupkan kedalam susu, dengan porsi yang sama pula… Allah Subhanahu wa Taála kemudian  memperlihatkan pahala dan ganjaran dari perbuatan Sya’ban r.a dengan surga yang indah. 

Demi melihat itu dia pun berteriak lagi: 

“Aduh, kenapa tidak semuanya…!” 

Sya’ban r.a kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, tentulah dia akan mendapatkan surga yang lebih indah lagi.

Masyaallah!, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak berbuat yang optimal. 

***
Sesungguhnya, semua dari kita nanti pada saat sakratul maut menjelang, akan menyesal tentu saja dengan kadar yang berbeda-beda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya lantaran pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekuensi dari semua perbuatannya di dunia. 

Mereka meminta untuk ditunda barang sesaat saja, karena ingin bersedekah. Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat di mundurkan. 

Sering sekali kita mendengar ungkapan-ungkapan berikut : “Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam,” “Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam,” “Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya”. 

Namun pada kenyataannya, lihatlah ke masjid-masjid yang besar dan megah, tetap saja lengang jamaahnya dan terasa longgar. Seolah kita tidak percaya dan tidak yakin kepada janji Allah Swt.

Mengapa bisa terjadi demikian? Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Taála itu tidak terlihat dan tidak nampak secara dzohir oleh mata kita pada situasi normal. Mata kita tertutupi oleh suatu hijab. 

Karena tidak terlihat, maka yang berperan disini adalah iman dan keyakinan, bahwa janji Allah Subhanahu wa Taála tidak akan pernah meleset. Allah akan membuka hijab itu pada saatnya nanti. 

Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan…. Sya’ban r.a telah menginspirasi kita, bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah Subhanahu wa Taála tersebut. Namun ternyata dia tetap menyesal sebagaimana halnya kita pun juga akan menyesal. Namun penyesalannya bukanlah sia-sia. Penyesalannya tersebut karena tidak melakukan kebaikan secara optimal dan maksimal. Baca juga: Kisah Nyata: Pesankan Untukku Satu Kamar Di Neraka Jahanam!

Mudah-mudahan kisah singkat ini bermanfaat bagi kita semua, dalam  mengisi dan mengarungi sisa waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa Taála kepada kita. Mari kita berdo’a, semoga Allah Subhanahu wa Taála memberikan kepada kita kekuatan untuk melakukan yang terbaik, bahkan lebih baik dari pada apa yang telah dilakukan oleh Sya’ban radiallahu anhu. Aamiin. Wallahualam bissawab.

***

2 Penyakit Perusak Pahala Sedekah

Sedekah adalah salah satu amalan baik dan kita akan mendapatkan kebaikan. Tetapi terdapat dua penyakit perusak pahala sedekah.
Sedekah adalah salah satu amalan baik dan kita akan mendapatkan kebaikan. Tetapi terdapat dua penyakit perusak pahala sedekah. Kita harus mengetahui dua penyakit ini agar dapat menghindarinya. 

Pastinya kita tidak ingin jika kebaikan yang kita lakukan akan rusak pahalanya karena dua penyakit ini. Sedekah adalah salah satu kebaikan yang berkaitan dengan sosial. Dengan melakukan sedekah, berarti kita telah membantu seseorang, baik dalam hal materi ataupun jasa. 

Sedekah yang paling kecil adalah senyum. Tapi, kita juga bisa bersedekah dengan harta, jasa ataupun lainnya. Asalkan kita melakukannya dengan ikhlas, maka Allah akan memberikan pahala yang sesuai dengan amalan baik kita. 

Sedekah adalah salah satu kebaikan yang berkaitan dengan sosial. Dengan melakukan sedekah, berarti kita telah membantu seseorang, baik dalam hal materi ataupun jasa. Sedekah yang paling kecil adalah senyum. 

Tapi, kita juga bisa bersedekah dengan harta kita, jasa kita, ataupun lainnya. Asalkan kita melakukannya dengan ikhlas, maka Allah akan memberikan pahala yang sesuai dengan amalan baik kita. 

Banyak orang yang sering membahas mengenai pahala sedekah dan bagaimana Allah akan melipat gandakan pahala jika kita melakukan sedekah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah. 

Namun, jarang orang yang mengetahui tentang hal hal yang merusak pahala. Apabila sedekah kita tidak dijaga maka pahalanya akan berkurang, bahkan hilang. Dalam sebuah surah di Al-Qur’an menjelaskan bahwa terdapat dua perbuatan yang membatalkan pahala sedekah, yaitu: 

1. Al-Adza atau menyakiti perasaan penerima sedekah 

Sekarang ini, dimana pun kita dapat menemui orang yang meminta-minta. Tidak hanya dijalanan, tetapi terkadang mereka datang kerumah dengan mengetuk pintu. Bagi beberapa orang, mereka tidak suka jika ada orang lain yang mengetuk pintu karena meminta bantuan, ataupun menghalangi jalan karena ingin meminta-minta. 

Membantu adalah perilaku sosial yang akan mendapakan label baik jika melakukannya dan label buruk jika menolaknya. Hal inilah yang membuat mereka terkadang bingung, karena dilain sisi mereka tidak mau menolong tapi disisi lain mereka harus menolong karena sesuai dengan norma sosial. 

Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang menolong tapi dengan hati tidak ikhlas. Hal ini ditunjukkan dengan mukanya yang cemberut, omelan dan kemarahan yang menyertai perilaku menolong itu. Oleh karena itu, mungkin secara tidak sadar hal itu akan menyakiti perasaan penerima sedekah. 

2. Al-Mannu atau mengungkit-ungkit pemberian 

Penyakit yang pertama adalah Al-Mannu ini muncul karena perasaannya yang mengatakan bahwa ia telah berbuat baik. Hal ini membuatnya ingin dihormati dan dipuja atas kebaikannya itu. Bahkan ia telah berpikir bahwa ia telah membantu seseorang dulu, baik ini dan itu. 

Mungkin seseorang tidak akan sadar bahwa ia telah melakukan hal yang merusak pahala. Mereka selalu mengunkit-ungkit pemberian yang telah diberikan kepada orang lain. Apabila hal ini terus dilakukannya maka pahala sedekah akan hilang dan tidak bersisa sedikit pun. 

Oleh karena itu, amalan yang kita berikan akan menjadi sia-sia. Apabila kita telah melakukan suatu kebaikan maka lupakanlah kebaikan yang pernah kita lakukan pada orang lain. Hal ini akan membantu kita untuk mengungkit-ungkit kebaikan kita. 

Sebagai solusi untuk menghindari perasaan atau pikiran tersebut, kita harus menyadari bahwa segala harta yang kita miliki merupakan titipan dari Allah. Hal ini berarti apa yang kita miliki bukanlah milik kita yang sesungguhnya. 

Selain itu, janganlah berfokus pada besarnya pahala saja. Tapi perhatikan juga bagaimana cara untuk menjaga pahala tersebut. Sebuah kebaikan akan menjadi sia-sia jika tidak dijaga. 

Oleh karena itu, kita harus belajar untuk berbuat ikhlas. Mungkin kata ini sangat mudah untuk diucapkan. Tapi, begitu sulit untuk dilakukan.

Sumber: kumpulanmisteri.com

Tidak Membayar Utang Dipenjara Seumur Hidup

Tidak Membayar Utang Dipenjara Seumur Hidup
Salah satu tempat yang paling sering mendapat perhatian para pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta adalah ruangan yang terdapat di halaman belakang. 

Dulu ruangan-ruangan ini gelap sekali dan ditutup dengan pintu kuat-kuat. Cahaya yang masuk dan sirkulasi udara hanya melalui celah sebuah jendela berteralis tebal. Di sisi-sisi tembok terdapat bola-bola besi untuk merantai para tahanan.

Sebenarnya tempat tahanan terdapat pula di lokasi-lokasi lain. Hanya bukti-bukti fisiknya kurang mendukung. Mungkin dirobohkan dan diganti bangunan baru. Berapa jumlah tahanan ketika itu tidak diketahui pasti.

Ada  berbagai  alasan  mengapa  orang-orang  ditahan di  tempat ini.  Diketahui sampai dengan tahun 1763 orang-orang yang tidak bisa membayar utang ditahan di tempat ini seumur hidup. 

Baru di tahun-tahun berikutnya, lama penahanan diubah menjadi enam tahun. Pada tahun 1778 hukuman kurungan enam tahun ini dirubah lagi bukan untuk orang China, akan tetapi tidak ada data yang akurat dan jelas berapa lama hukumannya.

Pada tahun 1736 di dalam penjara sipil terdapat 64 sandera, 40 tahanan, dan 333 budak. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang penjara. Hanya pada tahun 1774 dikatakan di dalam sel penjara masih ditahan 2 sandera, 7 tahanan, dan 23 budak. 

Istilah sandera dimaksudkan untuk orang yang belum membayar pajak. Sementara budak adalah titipan para juragan kaya yang membayar jumlah tertentu kepada sipir penjara.

Soal hukuman, sebenarnya sejak tahun 1602, VOC sudah dibebani pekerjaan untuk menanggulangi hukum dan peraturan. Pada awalnya tidak ada masalah karena yang terlibat hanya pegawai sendiri. 

Namun kemudian Batavia menjelma menjadi sebuah kota yang multi-etnis sehingga membingungkan VOC untuk menerapkan hukum yang mana. Baru pada tahun 1621 diambil keputusan bahwa semua hukuman dan aturan yang berlaku di Kerajaan juga berlaku di Hindia.

Ahli hukum dan Gubernur Jendral Joan Maatsuycker pada tahun 1640 ditugaskan untuk menyusun secara sistematis hukum kolonial. Dia menyatukan semua undang-undang, ordonansi, tradisi, dan aturan. Karya ini dikenal sebagai Bataviasche Ordonnanties (Dari Stadhuis Sampai Museum, 2003).

Menurut undang-undang tersebut, terdakwa yang telah ditangkap akan dimasukkan ke dalam penjara untuk menunggu keputusan. Kalau ada orang yang mengamuk, dia akan dibunuh di tempat. Kalaupun dia ditangkap, akan dihukum dengan mematahkan semua anggota badannya di atas roda.

Undang-undang Belanda menentukan bahwa seseorang hanya dapat dihukum jika dia telah mengaku. Namun untuk memperoleh pengakuan tersebut sering kali terdakwa disiksa terlebih dulu. Dalam balaikota terdapat satu kamar penyiksaan, namun tidak jelas kamar yang mana yang dipakai.

Umumnya orang yang dihukum karena perbuatan kecil, seperti mencuri, memfitnah, mabuk, atau berkelahi. Ada juga yang melanggar aturan VOC seperti tidur pada jam jaga dan tidak bisa hadir tanpa izin. 

Hukuman yang ringan adalah membayar denda. Yang lebih berat yaitu berupa pemecatan, penahanan seluruh gaji, dan pengembalian terdakwa ke Belanda.

Ditulis oleh: Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya

***

7 Sebab Sebab Turunnya Rezeki

7 Sebab Sebab Turunnya Rezeki
Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rezeki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. 

Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai.

Akibatnya, sudah bisa ditebak.. Apa itu? Bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggalkan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya, sebab-sebab yang dapat mendatangkan rezeki dengan penjelasan yang amat gamblang. 

Dia menjanjikan keluasan rezeki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rezeki dengan tanpa disangka-sangka.

Diantara sebab-sebab yang melapangkan rezeki adalah sebagai berikut:


  • 1. Takwa Kepada Allah



Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rezeki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman;

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. 

Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rezeki secara tidak terduga.

Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, “Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya.”

Allah swt juga berfirman,

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. 7:96)

  • 2. Istighfar dan Taubat


Termasuk sebab yang mendatang kan rezeki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam,

“Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. 71:10-12)

Al-Qurthubi mengatakan, “Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rezeki dan hujan.”

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”, lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. 

Ada lagi yang mengatakan, “Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!” Maka beliau menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah.”

Maka orang-orang pun bertanya, “Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar.” Beliau lalu menjawab, “Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.


  • 3. Tawakkal Kepada Allah


Allah swt berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3)

Nabi saw telah bersabda,

“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rezeki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rezeki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.

Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.


  • 4. Silaturrahim


Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rezeki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, 

“Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Siapa yang senang untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim.” (HR Al Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,

Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur.” (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)

Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.


  • 5. Infaq fi Sabilillah

Allah swt berfirman, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. 34:39)

Ibnu Katsir berkata, “Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak.”
Juga firman Allah yang lain,
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:267-268)

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, “Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu.” (HR Muslim)


  • 6. Menyambung Haji dengan Umrah


Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas”ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, 

“Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)

Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.
- Berbuat Baik kepada Orang Lemah

Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rezeki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda,

Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rezeki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian.” (HR. al-Bukhari)

Dhu”afa” (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.


  • 7. Serius di dalam Beribadah


Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Allah Subhannahu wa Ta”ala berfirman, 

“Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu.”

Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu” hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rezeki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.